Tuesday, May 7, 2013

Tentang Entuyut

Entuyut itu adalah nama lain dari Kantong Semar dan nama latinnya adalah Nepenthes. Nah menurut info yang saya dapat, Nephentes itu ada banyak macamnya. Ada Nepenthes clipeata, Nepenthes tentaculata, Nepenthes rafflesiana, Nepenthes mirabilis dan banyak lagi.

Yang membedakan antara satu Nephentes dengan yang lain itu dapat dilihat dari bentuknya. Contohnya N.clipeata. Clipeata ini bentuknya cukup lucu, kalau diliat dari samping persis seperti buah catur kuda. Jadi dibawahnya itu bulat seperti balon, terus dia mengerucut keatas, terus melebar seperti corong dan ada daun yang menempel mirip tutup gelas. Ada juga yang namanya N. lowii. Bentuknya seperti bebek yang sedang “mangap” seperti hendak memakan ikan. Ada lagi N. albormaginata. Bentuknya seperti alat musik saksofon, bentuknya panjang dan langsing. Bingung dengan penjelasan saya? Oke nanti saya selipkan gambar.

Pusat peredaran terbesar adalah dari Pulau Borneo (Kalimantan termasuk Serawah, Sabah dan Brunei). Urutan kedua ditempati oleh Sumatera, sedang di Pulau Jawa menurut penelusuran dari spesimen herbarium di Herbarium Bogoriense hanya terdapat 2 jenis entuyut saja. Mungkin ini juga salah satu penyebab saya dari kecil tidak pernah melihat yang namanya kantung semar atau entuyut.

Nama entuyut sendiri ternyata berbeda beda di setiap daerah. Di Riau, Kantong Semar lebih dikenal sebagai periuk monyet, sedangkan di Jambi dikenal dengan nama kantung beruk. Dan ternyata dengan bentuknya yang seperti kantong, Suku Dayak Katingan yang berada di Kalimantan Tengah menyebutnya dengan nama ketupat napu. Napu sendiri berarti rawa. Karena dahulu Suku Dayak Katingan menggunakan entuyut sebagai bahan pembungkus ketupat dengan cara memasukan nasi kedalam kantung semar lalu dikukus dan karena entuyut tumbuh di rawa-rawa maka disebut ketupat napu. Bahkan di Sumatera Barat ada yang namanya kue godah yaitu kue campuran dari gula, tepung dan santan yang dimasukan kedalam godah atau kantong semar. Ternyata selain menjadi tanaman hias entuyut pun bisa menjadi tempat bungkus makanan? Akuuuurrrr.

Namun keberadaan entuyut sendiri sudah hampir punah keberadaannya. Jadi bukan hanya hewan saja yang bisa punah ternyata tumbuhan pun bisa punah juga. Contohnya ya entuyut ini. Sekarang ini entuyut sudah masuk daftar merah IUCN yang berarti keadaannya sudah kritis dan terancam punah. Jadi mari kita lestarikan tanaman ini. Sayang kan kalau tanaman seunik ini dan semanfaat ini akhirnya hilang dari muka bumi ini.(ayu)



(disarikan dari berbagai sumber oleh Allan Yuliansyah)

Monday, May 6, 2013

Buletin Entuyut, Sebuah Cerita Sejarah (2)

Perbaikan dan upaya memajukan buletin juga terus dilakukan. Mulai dengan mengupayakan agar selalu terbit tepat waktu, membuka akun di sosial media dan microblog, hingga membuat laman blogletin ini.

Blogletin ini adalah ruang pendukung untuk memperluas jangkauan distribusi buletin versi cetak. Bagaimanapun keterbatasan dana dan kesiapan personel masih menjadi salah satu kendala yang perlu dibenahi. Tapi dengan semangat kesederhanaan, blog ini diharapkan mampu menjadi salah satu ruang ekspresi yang menjembatani gap antara mimpi dan kenyataan yang harus dihadapi.

Ada dua hal utama yang ingin dicapai oleh redaksi Buletin Entuyut melalui blogletin ini. Pertama, redaksi ingin menyapa lebih banyak pembaca dengan buletin ini. Kedua, redaksi ingin membuka ruang bagi publik lebih khusus para kontributor agar setiap orang bisa berpartisipasi mengisi buletin. Harapannya, suatu saat nanti, Buletin Entuyut benar-benar menjadi suara konservasi Kalimantan Barat.

Target pertama sudah mulai tercapai. Paling tidak pada saat peluncuran blogletin ini sudah ada pembaca yang mengakses blogletin ini dari Amerika Serikat, Korea Selatan dan Jerman. Itu yang digambarkan oleh statistik blogger.com. Semoga itu bukan para pengguna di Indonesia yang menggunakan server/ip addres dari luar negeri, tapi benar-benar para pengguna yang mengakses dari tempat domisili mereka. Artinya, semakin hari Buletin Entuyut semakin mampu menjangkau lapisan masyarakat yang lebih luas.

Selain menjaga agar tujuan pertama selalu tercapai, blogletin berusaha untuk mematik keinginan dari pengguna internet untuk berpartisipasi menulis dalam blogletin ini. Tentu, meskipun Buletin Entuyut adalah media komunikasi Balai KSDA Kalimantan Barat, tidak menutup kemungkinan untuk para kontributor dari wilayah lain untuk ikut menyumbang dan berpartisipasi dalam mengisi ruang-ruang blogletin.

Jadi zonder jeri untuk mengisi blogletin ini. Memang blogletin ini tidak diperuntukkan semata-mata untuk mengisi versi cetak Buletin Entuyut. Fungsi blogletin ini sengaja dibedakan. Bila ruang tulisan dan kontribusi pada versi cetak sangat terbatas maka dalam blogletin ini setiap orang diberi ruang seluas-luasnya untuk menyumbangkan ceritanya. Tentu materi yang akan ada dalam versi cetak akan berbeda dengan yang termuat dalam blogletin ini. Tapi itulah yang diidam-idamkan.

Karena disinilah para pembaca dan segenap kontributor memiliki kebebasan untuk menulis. Panjang, pendek, ringan, berat, padat, bertele-tele, apapun itu...mari! Silahkan berekspresi sepuas-puasnya, tentu dengan catatan bahwa para pengelola blogletin ini akan tetap menseleksi mana-mana tulisan yang layak publikasi berkaitan dengan materi dan isi yang tidak meninggalkan asas bebas bertanggungjawab, sopan, bebas SARA, dan tidak mengandung materi pornografi maupun materi lain yang dilarang.

Inilah cerita tentang Buletin Entuyut dengan blogletinnya. Suara Konservasi Kalimantan Barat. Suara yang diharapkan menyebar luas dan menjadi corong yang lantang untuk pelestarian sumberdaya alam hayati dan ekosistem Kalimantan Barat. Tabik!

Thursday, May 2, 2013

Buletin Entuyut, Sebuah Cerita Sejarah (1)


Mari kita sebut saja blog ini dengan kata blogletin!

Buletin Entuyut adalah media komunikasi massa milik Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Barat. Mulai terbit rutin pada tahun 2011, embrio media ini mulai tumbuh pada tahun 2001. Sejak kelahirannya, Buletin Entuyut telah mengalami banyak gelombang pasang surut. Saat-saat tertentu, buletin harus terbit terlambat karena keterbatasan anggaran. Pernah juga suatu ketika karena keterbatasan personil pengelola buletin ini tidak terbit cukup lama. Namun, bukan juga tidak ada kemajuan yang dicapai. Paling tidak setelah terbitnya ISSN, Buletin Entuyut mulai terbit secara kontinyu.

Bicara tentang nama buletin, ada hal menarik juga yang kami rasa perlu diceritakan. Awalnya buletin terbit dengan nama Siluk. Nama lokal untuk Arwana Super Red. Kemudian, buletin pernah berganti nama menjadi Buceros, nama genus untuk jenis Rangkong/Enggang. Terakhir, buletin menamai dirinya dengan nama Entuyut, kembali menggunakan nama lokal yang berarti Kantong Semar.

Mengapa Siluk, Buceros dan Entuyut? Ketiganya adalah nama-nama yang familier bagi para pegiat konservasi sumberdaya alam hayati. Siluk atau Arwana Super Red adalah jenis arwana yang khas dari Kalimantan Barat. Ada banyak jenis Arwana, tapi menurut pendapat khalayak hobiis ikan hias, jenis super red adalah jenis yang paling berharga dan banyak diburu oleh para hobiis. Warna merah di tepian sisiknya yang menyala terang berkilau dianggap yang paling menarik. Maka, berharap dapat menjadi berkilau dan memberi kontribusi yang berharga bagi dunia konservasi di Kalimantan Barat maupun di Indonesia.

Menariknya, ternyata nama Siluk juga digunakan oleh Taman Nasional Danau Sentarum sebagai media komunikasi. Awalnya Danau Sentarum adalah salah satu kawasan konservasi di bawah pengelolaan Balai KSDA Kalimantan Barat. Sama-sama berlokasi di Kalimantan Barat, TN Danau Sentarum adalah salah satu habitat alami bagi Siluk. Dengan berdirinya Balai TN Danau Sentarum serta dilandasi semangat berbagi sesama "anak" Kementerian Kehutanan, maka nama Siluk akhirnya digunakan oleh TN Danau Sentarum dan bergantilah nama media komunikasi Balai KSDA Kalimantan Barat menjadi Buceros.

Buceros adalah nama baru bagi buletin. Nama ini diambil dengan maksud agar buletin mampu terbang tinggi layaknya burung. Selain itu, salah satu jenis dalam ordo Bucerotidae (Enggang Gading-Buceros/Rhinoplax vigil) adalah maskot Kalimantan Barat. Cerita menarik lain yang berkaitan dengan pemilihan nama buletin adalah sifat jenis Buceros adalah badannya yang besar di antara jenis-jenis burung, pilihan tempat hidupnya di puncak kanopi hutan dan kebiasaannya memakan buah-buahan yang secara tidak langsung turut menyebarkan biji dalam rantai pertumbuhan tegakan hutan.

Dus, sembari berharap "badan" buletin ini menjadi semakin berkembang. Harapan untuk tinggal di puncak kontribusi bagi dunia konservasi dengan cara menyebarkan bibit-bibit kesadaran atas lingkungan juga menjadi salah satu esensi pemilihan nama tersebut.

Dinamika pun berkembang. Ada keinginan untuk membuat suatu nama yang memberikan identitas yang lebih spesifik dan mencerminkan Kalimantan Barat. Sidang redaksi pun digelar. Masing-masing redaktur memberikan pendapat dan sarannya. Singkat kata, terpilihlah nama entuyut. Mengapa entuyut? Sebab entuyut adalah sebutan lokal untuk kantong semar. Lalu mengapa kantong semar? Sebab di salah satu kawasan yang dikelola oleh Balai KSDA Kalimantan Barat, terdapat flora endemik bernama Nepenthes clipeata. Jenis kantong semar yang hanya dijumpai di Taman Wisata Alam Gunung Kelam.

Dengan terpilihnya nama Entuyut, maka identitas lokal terwakili dengan baik. Endemik berarti unik dan tidak ditemukan di tempat lain. Tapi semangat yang dibawa sejak pertama kali buletin ini terbit tetap tersemat dan menjadi semangat yang terus dibawa hingga saat ini.

Dan inilah Buletin Entuyut, semoga apa yang kami sajikan mampu memberi sumbangsih bagi dunia konservasi dan penyadartahuan tentang arti penting pelestarian bagi masyarakat Kalimantan Barat. Meskipun kecil....(bersambung-pemred)